Jumat, 26 Agustus 2016

TIGA RESEP JITU ANTI KORUPSI KEPALA LKPP

Kepala LKPP menyarankan tiga jurus anti korupsi, agar para pejabat pemerintah terhindar dari permasalahan hukum. Apa saja itu?

Bersama Kepala LKPP Agus Prabowo (kanan).



Saya bertemu dengan Pak Agus Prabowo, Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP)  di acara Koordinasi dan Supervisi Pencegahan Korupsi (Korsupgah) kerjasama antara KPK dan BPKP, pada Rabu 24 Agustus 2016 di aula Kantor Gubernur Kalimantan Selatan di Banjarmasin. Pak Agus, seperti biasa, tampak energik dan santun. Dalam forum itu, Kepala LKPP yang hobby melukis, dan anggota kelompok ARPEL 21 atau “arsitek pelukis dua jiwa jadi satu”, bicara banyak tentang anti korupsi.
Menurut arsitek yang resmi dilantik sebagai Kepala LKPP tanggal tiga bulan Juli lalu itu, korupsi banyak terjadi di sektor pengadaan. Bahkan, menyimak kejadian penangkapan Gubernur oleh KPK soal izin tambang,  pemberian izin itu pun, menurut Agus, adalah pengadaan izin. Itu sebabnya, karena jalannya operasional dan infrastruktur pemerintah hampir seluruhnya melalui mekanisme pengadaan, maka struktur unit layanan pengadaan (ULP) harus diperkuat dengan pembentukan kelembagaannya secara permanen. Selain itu, mekanisme pelelangannya disarankan menggunakan e-procurement. "Kami merekomendasikan agar dibentuk ULP permanen di pemda.  Selain itu, disarankan pula untuk pelelangan berbasiskan teknologi informasi, sehingga kontak fisik antara pihak-pihak yang terkait pelelangan akan jauh berkurang, yang diharapkan dapat menekan terjadinya korupsi."
 Tak cukup dengan itu, untuk meminimalisir terjadinya korupsi, lembaganya akan memperluas cakupan e-katalog. "Ke depan, apa pun barang yang dibutuhkan unit kerja pemerintah, Anda tinggal buka e-katalog. Beli dari daftar e-catalog yang ada. Dengan demikian, akan semakin sedikit pengadaan yang harus melalui pelelangan. Pelelangan hanya dilakukan untuk pengadaan yang tidak ada di e-catalog. Misalnya, bikin dam atau bendungan. Mau beli dimana kita bendungan kalau tidak harus dibangun oleh kontraktor? Dan pemilihan kontraktor ini harus dilelang. Tapi kalau untuk pengadaan barang-barang yang tinggal dibeli, banyak dijual di pasar, untuk apa lagi dilakukan pelelangan? Tinggal buka saja e-katalog pengadaan," ujar Kepala LKPP yang sebelumnya menjabat Deputi Pembinaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia LKPP itu lugas.
Diakui salah satu alumnus terbaik Pendidikan Lemhannas RI tahun 2007 itu, meskipun sudah menggunakan teknologi informasi, dalam praktiknya tetap saja ada yang mencoba akal-akalan. Misalnya, pada pendaftaran para peserta lelang. Peserta yang tidak dijagokan dihambat melalui bandwith dengan cara panitia menyibukkan jaringan internetnya dengan, misalnya, memutar youtube, sehingga peserta gagal mendaftar. Sedangkan peserta yang dijagokan, disepakati waktunya, yang pada jam tersebut jaringan akan dibuat sepi sehingga peserta yang dijagokan tersebut bisa mulus mendaftar. “Cara menghambat pendaftaran peserta lelang itu disebut ‘mencekik bandwith’,” ujar Pak Agus. Maka menurut Pak Agus, audit yang dilakukan pun untuk hal ini tidak bisa lagi dengan audit secara konvesional. Harus dilakukan dengan e-audit.   
Toh, di atas semua itu, menurut lelaki kelahiran Yogyakarta 1958 yang besar di Bandung dan masuk ITB Jurusan Arsitektur tahun 1977, lulus tahun 1984, memperoleh gelar doktor tahun 1996 dari Hokkaido University di Sapporo - Jepang dalam bidang Urban and Regional Planning khususnya Urban Redevelopment itu, untuk memberantas korupsi yang terpenting adalah komitmen pimpinan. Kalau pun pimpinan sudah berniat untuk benar-benar komitmen untuk tidak korupsi, tetapi masih juga ada kekhawatiran tersangkut masalah hukum di kemudian hari, tenang saja. Pak Agus Prabowo punya resep jitu. Resepnya adalah hindari tiga hal, yaitu: fiktif, markup dan suap. Kalau tiga itu saja dihindari, kata Pak Agus Prabowo, insya Allah Anda akan aman. Percayalah.

(Dikdik Sadikin)