Benchmarking Selasa 29 Maret sampai dengan Sabtu 2 April 2016 di Hongkong, kami jumpai inovasi dengan kekentalan semangat memacu bisnis yang luar biasa. Semangat itu pula yang antara lain terlihat pada Independent Commission Against Corruption (ICAC) semacam KPKnya Hongkong. Cakupan korupsi yang diberantasnya tidak hanya di wilayah keuangan negara, tetapi juga di wilayah privat, guna menjaga praktik bisnis yang sehat. Kami juga mengunjungi Hongkong Electric, semacam PLNnya Hongkong, juga Environment Protection Department, yang banyak berinovasi soal lingkungan, terutama dengan prinsip 4 R nya: reuse, reduce, recycle, and recovery. Selain juga, tentunya, menengok Museum Madame Tussauds Hongkong yang memajang patung lilin para tokoh ternama itu.
Dari kinerja berbagai entitas yang terkait dengan kepentingan publik di Hongkong, ada satu prinsip yang menonjol, yaitu keseimbangan manfaat bagi semua pihak.
Kesepakatan hasil kinerja pemerintah baik inter departemen maupun antara pemerintah dengan kelompok bisnis, tidak hanya "win-win" solution. Tapi "win-win-win" (triple win) solution. Karena bagi mereka tiga pihak yang harus untung, yaitu pemerintah, swasta dan terutama masyarakatnya.
Kesepakatan hasil kinerja pemerintah baik inter departemen maupun antara pemerintah dengan kelompok bisnis, tidak hanya "win-win" solution. Tapi "win-win-win" (triple win) solution. Karena bagi mereka tiga pihak yang harus untung, yaitu pemerintah, swasta dan terutama masyarakatnya.
Dengan semangat itu, walaupun tanah daratannya total berisi batu dan tidak ada sumber daya alam, jadilah Hongkong sebuah negara kota yang maju. Meski masyarakatnya sebanyak 7,2 juta jiwa itu harus hidup berdempet-dempet ke atas, di dalam apartemen yang, umumnya, dari luar terlihat kumuh karena lama tak dicat. Hanya orang sangat kaya yang bisa punya rumah di atas tanah dengan halaman sendiri. Sebuah kemewahan bagi mereka yang di Indonesia adalah hal biasa. Tak pelak, kebutuhan lahan pun mendorong reklamasi (mengurug laut untuk lahan). Uniknya, laut diurug tidak dengan mengambil tanah di daratan. Tapi mengambil tanah dari dasar laut yang dangkal, untuk mengurug laut sekitar pantai guna menambah luas daratan mereka. Di satu sisi bukit-bukit mereka terjaga. Tetapi di lain sisi, profesi nelayan sebagai profesi sejati penduduk asli pun tergusur, akibat pengerugan laut dangkal yang bikin nyaris tidak bersisa lagi ikan di sekitar laut mereka. Toh soal ikan, Hongkong tak perlu risau. Karena di laut negara tetangga, termasuk Indonesia, masih banyak ikan yang bisa dijaring dan dibawa ke Hongkong. Termasuk ikan yang kami makan di sana.
Tapi Hongkong juga punya ironi. Di tengah ramainya dinamika kemajuan itu, Hongkong terasa kering dan sepi dari hiruk pikuk patriotisme dan kepahlawanan. Bagi mereka orang-orang yang sangat kaya itulah pahlawan. Yang mampu memacu kemajuan Hongkong hingga seperti saat ini. Itu sebabnya, nama para konglomerat pun diabadikan pada gedung-gedung mereka. Nama jalan dipakai nama Gubernur Jendral Inggris yang pernah memerintah Hongkong.
Tidak ada nama pahlawan yang lahir dari sebuah kancah perjuangan berdarah melawan penjajah, seperti yang selalu kita kenang dengan takzim dalam momen-momen sejarah Indonesia di hari-hari bertanggal merah di almanak kita. Di Hongkong, semua patriotisme, bahkan kepahlawanan sekalipun, bisa berdamai dengan kalkulasi untung rugi dunia bisnis.
Tidak ada nama pahlawan yang lahir dari sebuah kancah perjuangan berdarah melawan penjajah, seperti yang selalu kita kenang dengan takzim dalam momen-momen sejarah Indonesia di hari-hari bertanggal merah di almanak kita. Di Hongkong, semua patriotisme, bahkan kepahlawanan sekalipun, bisa berdamai dengan kalkulasi untung rugi dunia bisnis.
Dengan semua itu, lima hari kami ke sana, sudah cukup untuk membuahkan rindu kami kembali ke Indonesia tercinta.
![]() |
| Bersama "Jackie Chan". |
![]() |
| Bersama Pak Konjen Kedubesan RI di Hongkong. |
![]() |
| Belanja di Ladies Market. |
![]() |
| Bersama guide kami Pak Dennis, atau The Din Fang, yang fasih sekali berbahasa Indonesia. |
















Tidak ada komentar:
Posting Komentar